- PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Konsep “pemimpin” berasal dari kata “leader” dan “kepemimpinan”
berasal dari kata “leadership”. Bennis mengatakan bahwa seorang
pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku
sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan, atau mengontrol usaha
(upaya) orang lain atau melalui prestize, kekuasaan atau posisi. Menurut Gibson
Kepemimpinan adalah suatu usaha untuk menggunakan gaya mempengaruhi dan
tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Sementara Stoner
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan pekerjaan anggota kelompok. Definisi
umum kepemimpinan adalah cara atau teknik yang digunakan pimpinan dalam
mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
- TIPE - TIPE KEPEMIMPINAN
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1. Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin
yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
·
Menganggap organisasi
sebagai milik pribadi
·
Mengidentikan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi
·
Menganggap bawahan
sebagai alat semata- mata
·
Tidak mau menerima
kritik, saran, dan pendapat
·
Terlalu bergantung
kepada kekuasaan formalnya
·
Dalam tindakan penggerakannya
sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif
(bersifat menghukum)
2. Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
·
Sering mempergunakan
sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
·
Senang bergantung pada
pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
·
Senang kepada formalitas
yang berlebih- lebihan
·
Menuntut disiplin yang tinggi
dan kaku dari bawahan
·
Sukar menerima
kritikkan dari bawahan
·
Menggemari upacara-
upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3. Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
Yaitu seorang pemimpin yang:
·
Menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak dewasa
·
Bersikap terlalu
melindungi
·
Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
·
Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
·
Sering bersikap maha
tahu
4. Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5. Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
Yaitu seorang yang bersifat:
·
Dalam memimpin
organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para
anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati
nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap
tercapai.
·
Organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
masing- masing anggota.
·
Seorang pemimpin yang
tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
·
Seorang pemimpin yang
memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6. Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
Yaitu tipe yang bersifat:
·
Dalam proses
penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk termulia di dunia
·
Selalu berusaha
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan
tujuan pribadi dari para bawahannya
·
Senang menerima saran,
pendapat bahkan kritik dari bawahannya
·
Selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya lebih sukses dari padanya.
·
Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
·
Berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
·
Para bawahannya
dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya
dalam proses pengambilan keputusan.
TEORI - TEORI
KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat Kepemimpinan
(Traist Theory)
Teori ini bertitik tolak dari asumsi bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sisfat-sifatnya. Sifat tersebut
dapat berupa sifat fisik maupun sifat psikologis. Dari hasil penelitian Charles
dan David disimpulkan bahwa, ada Lima sifat yang dapat menyebabkan keberhasilan
kepemimpinan, yaitu :
a)
Intelegensia : Para
pemimpin pada umumnya relatif harus lebih cerdas dari orang orang yang
dipimpinya.
b)
Visioner :
Pemimpin harus memiliki kematangag dan keluasan pandangan sosial. Secara
emosional para pemimpin harus mampu melihat suatu masalah secara utuh dan
memiliki control yang baik dalam mengendalikan kondisi yang kritis.
c)
Percaya
Diri :
Pemimpin harus memiliki kepercayaan diri dan keyakinan terhadap diri sendiri
yang didukung oleh kemampuan untuk menganalisis potensi, kekuatan, kelemahan
dan yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya dan
mengantisipasi kekurangan yang dimiliki
d)
Motivasi :
Pemimpin memiliki dorongan semangat yang sangat kuat dari dalam dirinya untuk
senantiasa tampil sebagai solusi dari setiap permasalahan yang ada, dan
memiliki konsep problem solving yang jelas terhadap suatu masalah yang dihadapi
e)
Komunikatif :
Pemimpin harus memiliki kemampuan melakukan hubungan dan komunikasi dengan
setiap orang dengan tipe apapun. Hal yang harus difahami bahwa untuk mencapai
suatu tujuan harus didukung oleh orang lain sehingga seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan memahami individu yang dipimpinnya.
2.
Teori Situasional (Situasional Theory)
Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan
seorang pemimpin disebabkan oleh situasi yang ada disekitarnya, bukan karena
sifat-sifatnya, bole dikatakan bahwa teori ini mengamsusikan bahwa seorang
pemimpin dapat berhasil karena “ kebetulan” situasi disekitarnya mendukung.
Menurut teori ini, ada beberapa faktor yang menjadikan seorang pemimpin
berhasil secara kebetulan :
a)
Sejarah
organisasi : seorang pemimpin berhasil karena dia
kebetulan memimpin organisasi yang awalnya sudah berhasil dan memiliki nama
besar, bukan karena prestasi dia sebagai pimpinan di organisasi tersebut.
b)
Umur
dari Pejabat lama : seorang pemimpin menjadi berhasil karena
adanya “warisan” dari pemimpin sebelumnya yang kebetulan menjadi seniornya dan
karena masa kepemimpinan pimpinan yang lama telah usai, maka dialah yang berhak
mewarisi kepemimpinan tersebut dengan segala nama besar pemimpin sebelumnya.
c)
Masyarakat
Sekitar : Secara kebetulan masyarakat yang dipimpinnya
adalah masyarakat yang turut dan patuh terhadap apapun yang menjadi
keputusannya
d)
Beban
Kerja : Seorang pemimpin dinilai berhasil karena
kebetulan beban kerja yang menjadi tanggungjawabnya sangat ringan dan tidak
memiliki tantangan sedikit pun sehingga dengan mudah diselesaikan tanpa
halangan sedikitpun.
e)
Susana
Psikologis : Pemimpin juga biasanya secara kebetulan
diuntungkan oleh bawahan yang dipimpin, ada kalanya seorang pemimpin hanya
membawahi orang-orang “biasa “ yang menerima segala sesuatu apa adanya dan sama
sekali tidak memiliki daya kritis sedikit pun terhadap kebijakan yang ada dalam
organisasi, sehingga organisasi dalam keadaan terkendali dan pemimpinnya
dianggap berhasil
f)
Jenis
Organisasi : Keberhasilan Pemimpin juga karena kebetulan
organisasi yang dipimpin hanya dalam skala kecil sehingga masalah yang dihadapi
tidak kompleks, bahkan hampir dikatakan organisasi yang dipimpinnya tidak
pernah menemui kendala sedikitpun
g)
Ketersediaan
Waktu : Kepemimpinan seseorang dianggap berhasil
karena kebetulan dia mengambil keputusan yang tepat, ini karena waktu yang
digunakan untuk memutuskan sesuatu sangat luas dan tidak mendesak sehingga
keputusan yang diambil dapat dipikirkan dengan tenang, lain halnya bila waktu
yang dibutuhkan untuk memutuskan sesuatu sangat sempit dan mendesak, pasti
hasilnya tidak maksimal.
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang
pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan
situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
·
Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas;
·
Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan;
·
Persepsi, sikap dan
gaya kepemimpinan;
·
Norma yang dianut kelompok;
·
Rentang kendali;
·
Ancaman dari luar
organisasi;
·
Tingkat stress;
·
Iklim yang terdapat
dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah
model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku
kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang
menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian
tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk
berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi
pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada
kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini,
efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi
perilaku pemimpin yang bersangkutan.Seorang akan menjadi pemimpin yang
efektif, apabila:
- Hubungan atasan dan
bawahan dikategorikan baik;
- Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
- Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
- Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
- Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model
Situasional
Model ini menekankan
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya
kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah : Memberitahukan; Menjual; Mengajak bawahan berperan
serta; Melakukan pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang
efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat
ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu
kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada
kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal
tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model
ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan.
Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan
oleh bawahannya.
Salah satu syarat
penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus
ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan
dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut
“didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan
melalui proses pengambilan keputusan.
Sumber :
Can you make money on a virtual casino? | WorkTime
BalasHapusYou don't need to have any money to make a casino account with a lot of money. 제왕 카지노 바카라사이트 that if you are an avid gamer หาเงินออนไลน์ you want to make money from real money